Kesalahan Memahami Atsar Umar bin Khattab
Didalam Kitab Ad-Darimy, Umar bin Khattab pernah berkata:
انه لا إسلام إلا بجماعة ولا جماعة إلا لإمارة ولا إمارة إلا بطاعة
“Bahwasanya tidak ada Islam kecuali dengan jama’ah, dan tidak ada jama’ah kecuali dengan keamiran, dan tidak ada keamiran kecuali dengan ketaatan.”
Dalam manqul ala Islam Jama’ah/Jokam/LDII/QHJ/354/Mbah Man, pengertian dari lafadz لا إسلام adalah tidak sah Islam, kecuali dengan berjama’ah, dan tidak sah berjama’ah kecuali dengan keamiran, syarah atau penjelasan seperti ini tidak terdapat dalam pemahaman Ahlussunnah, tidak ada dalam pemahaman salaful-ummah, tidak terdapat juga dalam kitab-kitab ulama sedunia, sedangkan kita tahu bahwa tidak mungkin Abah Nurhasan belajar di Makkah sendirian dengan masyaikh beliau disana, beliau (jika benar belajar di Makkah) pasti memiliki teman seangkatan. Dan teman-teman beliau itu juga mengabdi, menyampaikan ilmu mereka ke belahan penjuru dunia. Lalu, mengapa pemahaman Abah Nurhasan berbeda dengan teman seangkatan beliau ?
Mondok di Makkah tidak mungkin seorang diri. Lalu, mengapa pemahaman Abah Nurhasan bisa berbeda dengan teman seangkatan beliau ? Dan bisa berbeda dengan pemahaman gurunya sendiri ?
Bantahan Pertama
Pemahaman Islam Jama’ah/Jokam/LDII/QHJ/354/Mbah Man itu sangat menyimpang, sedangkan ada penjelasan Umar bin Khattab dalam Kitab Shohih Bukhari no : 6840 yang isinya :

مَنْ بَايَعَ رَجُلًا عَنْ غَيْرِ مَشُورَةٍ مِنْ الْمُسْلِمِينَ فَلَا يُبَايَعُ ُ هُو
“Maka barangsiapa yang membaiat seseorang dengan TANPA MUSYAWARAH kaum Muslimin, maka dia JANGAN DIIKUTI (فَلَا يُتَابَعُ هُو َ ).” (HR. Bukhari 6830)
فَمَنْ بَايَعَ رَجُلًا عَلَى غَيْرِ مَشُورَةٍ مِنْ الْمُسْلِمِينَ فَلَا يُتَابَعُ هُوَ
“Barang siapa membaiat sesorang TANPA MUSYAWARAH dengan kaum Muslimin terlebih dahulu, maka TIDAK ADA BAIAT baginya ( فَلَا يُبَايَعُ ُ هُو ).”
JADI JIKA SEPERTI ITU PEMAHAMANNYA MAKA TIDAK SAH BAIAT TANPA MUSYAWARAH DENGAN KAUM MUSLIMIN DAHULU, DAN TIDAK SAH IMARAH , DAN TIDAK SAH JAMA’AH, MAKA TIDAK SAH JUGA ISLAM, ini pemahaman yang ngawur. Dengan pemahaman Jokam seperti ini maka membatalkan sendiri keamiran mereka, bahkan Islam mereka karena pengangkatan amir pertamanya tanpa di ketahui oleh Ummat Islam, bahkan kini di tutup-tutupi dengan istilah bithonah atau taqiyah (Istilah agama Syi’ah)
Bantahan Kedua
Sebagai tambahan tentang bahwa lafadz : لا إسلام tidak boleh dan tidak tepat jika diartikan” TIDAK SAH ” adalah hadits tentang uzlah berikut ini :
باب كيف الأمر إذا لم تكن جماعة
Bab : Bagaimanakah perintah ( Nabi ) jika tidak ada jama’ah ?
قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ
Aku bertanya; kalau tidak ada jamaah muslimin dan Imam bagaimana? Nabi menjawab; hendaklah kau TINGGALKAN SELURUH FIRQOH-FIRQOH (kelompok-kelompok/ashobiyyah) itu, sekalipun kau gigit akar-akar pohon hingga kematian merenggutmu kamu harus tetap seperti itu…(HR. Bukhari 7084)
Tentu orang yang uzlah dalam keadaan TIDAK BERJAMA’AH , TIDAK BERBAIAT lantas Apakah orang yang uzlah dihukumi TIDAK SAH ISLAMNYA ? Tentu tidak begitu.
Oleh Abu Muhammad (Mantan IJ, Pengurus Yogyakarta) dan Ustadz Shofanu NI
Jokam Sejati Tidak Akan Bisa Menipu Diri Sendiri
Untuk apa Allah menurunkan agama, syariah bagi manusia? Menurut Imam Syatibi syariah bertu…
Di tempat saya tinggal banyak yg masuk ldii.mereka orang awam dan di iming imingi pasti masuk surga.bagai mana cara mengajaknya keluar dr ldii.mereka begitu fanatik dengan kelompok mereka
Alhamdulillah, di hadist shohih bukhori diatas pun disebutkan adanya jamaah dan imamah. Berarti memang dalil jamaah dan imamah itu memang suatu kebenaran, umat islam wajib berjamaah dan mempunyai imam.
Cukup itu yang seharusnya jadi pegangan kita semua. Beliau kembali ke Indonesia untuk memberitahu tentang wajibnya jamaah, beliau juga sudah mengajak ulama di Indonesia saat itu untuk mendirikan jamaah tapi pada saat itu hanya sedikit orang Indonesia yg mau mendengarkan ajakan beliau.
Beliau sudah memahami isi hadist bukhori yg saudara sebutkan diatas dan sudah melakukanya di Indonesia. Kita hidup di Indonesia, ada jamaah dan imamah di Indonesia yang sudah anda ketahui juga sejarahnya.
Semoga Anda kembali menetapi jamaah di Indonesia yg sudah Anda ketahui kebenaranya, paling tidak sampai menunggu adanya Jamaah untuk seluruh Umat Islam di dunia, seandainya ada yg menginisiasi nya.