jokam 354
Home Bantahan Ilmiyyah Tidak Sah Sholat Bermakmum dengan Orang Luar Jama’ah
Bantahan Ilmiyyah - Hukum - Ibadah - 18 Januari, 2019

Tidak Sah Sholat Bermakmum dengan Orang Luar Jama’ah

Kalaupun Terpaksa Niat Sholat Munfarid

Menganggap tidak sah sholat dibelakang Muslim diluar Jama’ah 354 ( dan sekarang keluar fatwa, boleh sholat dibelakang orang diluar Jama’ah354 dengan niat sholat munfarid/sholat sendiri, bahkan memajukan rekannya disebelah kiri dibarisan makmum untuk dianggap sebagai imam bithonah, yakni membangun sholat Jama’ah didalam sholat Jama’ah)

Saudaraku, Apakah anda tidak berfikir akan bathilnya fatwa ini? Mana dalilnya fatwa ini? Dalilnya adalah dakwaan pengkafiran mutlaq kepada sesama muslim! Apakah ini dalil ?

Bantahan dan Peringatan

Sahabat Ali Rodhiallohu ‘anhu

Sahabat Ali Rodhiallohu ‘anhu sebagai Khalifah sah dan berkuasa, memberangus para ahli bughot/pemberontak yakni orang-orang khowarij yang merongrong kewibawaannya, sebagai konsekwensi tidak ada dua imam yang dibai’at dalam satu negeri, tetapi ia tidak mengkafirkan mereka

18656 – عن الحسن قال لما قتل علي رضي الله عنه الحرورية قالوا من هؤلاء يا أمير المؤمنين أكفار هم قال من الكفر فروا قيل فمنافقين قال إن المنافقين لا يذكرون الله إلا قليلا وهؤلاء يذكرون الله كثيرا قيل فما هم قال قوم أصابتهم فتنة فعموا فيها وصموا*مصنف عبد الرزاق الصنعاني

“Dari Al Hasan Al Bashry, ia menceritakan: Tatkala Kholifah Ali (bin Abi Tholib) telah berhasil menumpas kelompok Al Haruriyyah (khowarij), para pengikutnya bertanya: Siapakah mereka itu wahai Amirul Mukminin, apakah mereka itu orang-orang kafir? Beliau menjawab: Mereka itu orang-orang yang melarikan diri dari kekufuran. Dikatakan lagi: Kalau demikian apakah mereka itu orang-orang munafiqin? Beliau menjawab: Sesungguhnya orang-orang munafiqin tidaklah menyebut/berzikir kepada Allah melainkan sedikit sekali, sedangkan mereka itu banyak berzikir kepada Allah. Dikatakan kepada beliau: Lalu siapakah mereka itu: beliau menjawab: Mereka adalah orang-orang yang ditimpa fitnah (kesesatan) kemudian mereka menjadi buta dan tuli karenanya.” (Riwayat Abdurrazzaq)

Sahabat Abdulloh bin Umar Sholat Dibelakang Orang Harury/Khowarij

أن الصحابة لم يكفروا الخوارج أنهم كانوا يصلون خلفهم وكان عبد الله بن عمر رضي الله عنه وغيره من الصحابة يصلون خلف نجدة الحروري وكانوا أيضا يحدثونهم ويفتونهم ويخاطبونهم كما يخاطب المسلم المسلم كما كان عبد الله بن عباس يجيب نجدة الحروري لما أرسل إليه يسأله عن مسائل* الكتاب : منهاج السنة النبوية-5/168

المؤلف : شيخ الإسلام بن تيمية

“Sesungguhnya para sahabat tidak mengkafirkan Al-Khawarij, buktinya mereka shalat dibelakang Khawarij, seperti yang dilakukan Ibn Umar radhiyallahu’anhu dan selainnya dari para sahabat yang shalat dibelakang Najdah Al-Haruri, dan mereka juga menyampaikan hadits, memberikan fatwa, dan menashihati mereka, sebagaimana seorang muslim memberikan nashihat kepada muslim yang lainnya, demikian pula Abdulloh bin Abbas, ia menjawab pertanyaan-pertanyaan najdah al-haruri lewat utusannya”.(Minhaj Sunnah oleh Syaikhu al-Islam ibn Taimyah)

*

Para Sahabat tidak mengkafirkan khowarij yang keluar dari keta’atan kekholifahan yang sah, tetapi menganggap mereka adalah pelaku dosa besar. Para sahabat tetap sholat dibelakang khowarij, sebagai wujud bahwa mereka (orang-orang khowarij) masih dianggap Muslim.

Mereka sangat faham dengan sabda Rosululloh shalallahu ‘alaihi wasallam:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلَاةُ الْمَكْتُوبَةُ وَاجِبَةٌ خَلْفَ كُلِّ مُسْلِمٍ بَرًّا كَانَ أَوْ فَاجِرًا وَإِنْ عَمِلَ الْكَبَائِرَ*رواه ابو داود- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ

“Sholat wajib adalah wajib (bermakmum) dibelakang setiap muslim yang baik atau fajir, dan meskipun dia mengerjakan dosa besar” (HR. Abu Dawud, atau bisa juga dilihat di Kitabu Imarah 354 hal. 91)

Wahai saudaraku, apakah engkau ingin mengatakan bahwa sahabat Ibnu Umar saat itu sholatnya tidak berwudhu sebelumnya? Atau Ibnu Umar berniat sholat munfarid/sholat sendirian? Atau engkau ingin mengatakan bahwa Sahabat Abdulloh bin Umar memajukan teman disebelahnya untuk dijadikan imam, sehingga ia sholat berjama’ah di dalam sholat berjama’ah? Atau apakah engkau berkeyakinan telah mendapatkan ijin khusus dari Allah tabaraka wata’ala sehingga bisa membuat syari’at baru dalam agama semacam ini? Apakah engkau tidak takut kepada Allah subhanahu wata’ala mengeluarkan fatwa ini? Apakah engkau tidak sadar kalau telah membuat syari’at baru? Apakah engkau tidak khawatir terkena firman Allah dibawah ini?

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ … (21) سورة الشورى

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka yakni agama, sesuatu yang tidak diizinkan oleh Allah”.(Qs.Assyuro ayat 21)

Maksudnya, bahkan bagi mereka (kuffar Makkah) ada sekutu-sekutu, (mereka adalah syaitan-syaitan) mereka membuat syari’at untuk mereka (kuffar Makkah) yakni, agama (yang rusak), sesuatu yang tidak diizinkan oleh Allah (lihat tafsir al-Jalalain atau Aisar Tafasir Karya Abu Bakar Jabir Aljazairy)

Apakah engkau ingin tetap dan merasa bangga mengikuti Kyai/ulama yang mengeluarkan fatwa semacam ini? Kalau engkau menjawab ya, maka tak ubahnya engkau telah meniti jejak-jejak orang-orang Yahudi dan Nashroni sebagaimana jawaban Rosulullah shalallahu ‘alaihi wasallam kepada ‘Ady bin Hatim. Dan permasalahan ini masuk dalam katagori tingkatan syirik akbar (besar) seperti yang termaktub dalam kitab Ushulu al-iman fi dhoui al-kitab wa assunnah

أنواع الشرك الأكبر : وينقسم الشرك الأكبر إلى أربعة أنواع : شرك الدعوة, شرك النية والإرادة والقصد, شرك الطاعة, شرك المحبة

Macam-macam syirik yang besar: dan syirik akbar terbagi menjadi empat macam: Syirik do’a, syirik niat, kehendak dan tujuan, Syirik to’at dan syirik kecintaan.

Jenis syirik yang ketiga yakni syirik to’at;

3 – شرك الطاعة ، فمن أطاع المخلوقين في تحليل ما حرم الله أو تحريم ما أحل الله ، ويعتقد ذلك بقلبه أي أنه يسوغ لهم أن يحللوا ويحرموا ويسوغ له ولغيره ,طاعته في ذلك مع علمه بأنه مخالف لدين الإسلام فقد اتخذهم أربابا من دون الله وأشرك بالله الشرك الأكبر .

Syirik To’at, maka barangsiapa yang mento’ati para makhluk didalam hal menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah atau mengharamkan apa-apa yang dihalalkan oleh Allah, dan ia meyakininya dengan hatinya, yakni bahwa dia membenarkan mereka ketika mereka menghalalkan atau mengharamkan, ia membenarkan halal haram dan pada selainnya. Adapun ketoa’tannya tentang demikian itu berdasarkan ilmunya bahwa hal tersebut menyelisihi agama islam, maka mereka sungguh telah menjadikan tuhan-tuhan selain Allah, dan telah syirik kepada Allah, syirik akbar

قال الله تعالى : { اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ …} (التوبة : 31) .

وتفسير الآية الذي لا إشكال فيه : طاعة العلماء والعباد في المعصية (أي في تبديل حكم الله) لا دعاؤهم إياهم ، كما فسرها النبي صلى الله عليه وسلم لعدي بن حاتم لما سأله فقال : لسنا نعبدهم ؟ فذكر له أن عبادتهم طاعتهم في المعصية (في تبديل حكم الله) ، فقال : « أليس يحرمون ما أحل الله فتحرمونه ويحلون ما حرم الله فتحلونه » ، قال : بلى . قال : « فتلك عبادتهم » ، رواه الترمذي وحسنه ، والطبراني في المعجم الكبير * كتاب أصول الإيمان في ضوء الكتاب والسنة ص 77

Firman Allah Ta’ala: “Mereka ( orang yahudi dan Nashroni) menjadikan ahbar (ulama Yahudi) dan ruhban (ulama Nashroni) sebagai Tuhan selain Allah”. Tidak ada hal yang musykil dalam tafsir ayat ini: mento’ati ulama dan para hamba dalam hal ma’siyat (yakni, tentang mengganti hukum Allah) bukan penyembahan mereka pada ulama, sebagaimana ayat itu telah ditafsirkan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam kepada ‘Ady bin Hatim, tatkala ia bertanya kepada Nabi, ia berkata; “Kami tidak menyembah kepada para ulama?” maka Nabi menyebutkan kepadanya bahwa penyembahan kepada para ulama adalah keto’atan mereka didalam hal ma’siyat ( mengganti hukum Allah), maka Nabi berkata: “Bukankah mereka para ulama mengharamkan pada apa-apa yang dihalalkan oleh Allah, kemudian kalianpun mengharamkannya? Dan mereka para ulama menghalalkan apa-apa yang diharamkan oleh Allah, kemudian kalianpun menghalalkannya?”. ‘Ady berkata;“Ya” Nabi bersabda; “Maka demikian itulah menyembah mereka“. HR. At-tirmidzi.

Saudaraku, begitu dibatasinya melaksanakan ibadah sholat berjama’ah ala Jama’ah 354 harus cari-cari masjid kelompoknya apalagi kalau sedang dalam perjalanan, ditambah lagi bila melaksanakan sholat jum’at, bandingkan, alangkah indahnya dan mudahnya serta luasnya beribadah menurut aqidah salaf, seperti dibawah ini

من عقائد السلف: أنهم لا يكفرون أحدا من المسلمين بذنب, ولو كان من الكبائر, إلا اذا جحد شيئا معلوما من الدين بالضرورة, ويعلمه الخاص والعام, وكان ثابتا بالكتاب والسنة وإجماع سلف الأمة وأئمتها

Termasuk diantara aqidah salaf adalah, mereka tidak mengkafirkan seorangpun dari kaum Muslimin yang berdosa, walaupun mereka melakukan dosa besar, kecuali jika ia menentang sesuatu dari agama yang telah diketahui akan urgensinya, dan ia mengetahui mana yang khusus dan mana yang umum, dan perkara ini telah tetap dari al-Kitab, as-Sunnah dan Ijma’ salaful ummah dan para imamnya.

من عقائد السلف الصالح: أن الصلاة جائزة خلفَ كلِ برٍّ والفاجر إذا كان ضاهرها صخيحا

Termasuk diantara aqidah salaf adalah, sholat boleh di belakang setiap orang yang baik maupun yang fajir selama zhahirnya masih benar.

[Dinukil dari kitab الوجيز في منهج السلف للشيخ عبد القادر الأرناؤوط ص7, beliau adalah Qadri Shauqel Abdoe yang lebih dikenal dengan Abdul Qadir Al-Arnauth. Lahir tahun 1347 H (1928 M) di kota Frila, kawasan Balkan, Kosovo. Diantara gurunya adalah Syaikh Shubhi Al-Aththar, Syaikh Sulaiman Ghawidji Al-Albani, Syaikh Shalih Al-Farfur, Syaikh Qura Mahmud Faiz Ad-Dir’athani, Syaikh Bahjat Al-Baithar, Syaikh Abdul Ghani Af-Daqir, Syaikh Abdullah ibn Abdul Aziz ibn Uqail Tadija dan lainnya. Beliau adalah seorang ahli hadits yang handal dan telah mentahqiq banyak sekali buku sunnah. Perselisihannya yang dikenal dengan Syaikh Al-Albani merupakan perselisihan ilmiyah bukan dalam masalah hati, keduanya dikenal saling menghormati dan saling mengunjungi. Syaikh meninggal pada hari jum’at 13 Syawal 1413 H, rahimahullahu. Sumber tulisan Abu Hudzaifah]

Sambungan: Tidak Sah Sholat Bermakmum dengan Orang Luar Jama’ah 2

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also

Jokam Sejati Tidak Akan Bisa Menipu Diri Sendiri

Untuk apa Allah menurunkan agama, syariah bagi manusia? Menurut Imam Syatibi syariah bertu…