ajkk
Home Artikel Akhlak Hadits Jawaban dari Ucapan “Jazaakallah Khairan” (Bukan “Amin”)
Akhlak - Ibadah - 19 Januari, 2019

Hadits Jawaban dari Ucapan “Jazaakallah Khairan” (Bukan “Amin”)

Jika kita mendapatkan kebaikan dari seseorang maka yang terbaik adalah kita mensyukuri kebaikannya tersebut dengan mendo’akannya. Dengan,

“Jazakallahu khaira” (untuk satu orang laki-laki)
“Jazakillahu khaira” (Untuk satu orang perempuan)
“Jazakumullahu khaira”  (Untuk jamak)

Artinya: Semoga Allah membalas-mu kebaikan

Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

ﻣَﻦْ ﺻُﻨِﻊَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻣَﻌْﺮُﻭﻑٌ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻟِﻔَﺎﻋِﻠِﻪِ: ﺟَﺰَﺍﻙَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺧَﻴْﺮًﺍ ؛ ﻓَﻘَﺪْ ﺃَﺑْﻠَﻎَ ﻓِﻲ ﺍﻟﺜَّﻨَﺎﺀ

“Barang siapa yang diberi suatu kebaikan kepadanya, lalu ia mengucapkan kepada orang yang memberi kebaikan tersebut:
“ Jazakallohu khairan ”,
maka sesungguhnya hal itu sudah mencukupi dalam menyatakan rasa syukurnya.”
[HR. at-Tirmidzi, Shahih at-Targhib wat Tarhib 969]

Dulu, sewaktu di Jokam, LDII, atau Islam Jama’ah, kita diajari ketika dido’akan oleh seseorang dengan ucapan ini maka kita akan menjawab dengan lafadz ‘aamiin’. Ini tidak ada sunnah-nya!

Adapun jawaban untuk doa ini adalah:
“Wa anta fajazakallahu khaira”
“Wa antum fajazakumullahu khaira”

atau
“Wa jazakallahu khaira”
“Wa jazakumullahu khaira”

Ucapan balasan doa ini adalah contoh dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam

Dari Anas bin Malik ia berkata: Usaid bin al-Hudhair an-Naqib al-Asyhali datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka ia bercerita kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang sebuah keluarga dari Bani Zhafar yang kebanyakannya adalah wanita, maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membagi kepada mereka sesuatu, membaginya di antara mereka, lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata :

تركتَنا -يا أسيد!- حتى ذهب ما في أيدينا، فإذا سمعتَ بطعام قد أتاني؛ فأتني فاذكر لي أهل ذلك البيت، أو اذكر لي ذاك. فمكث ما شاء الله، ثم أتى رسولَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طعامٌ مِن خيبر: شعيرٌ وتمرٌ، فقسَم النبيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في الناس، قال: ثم قسم في الأنصار فأجزل، قال: ثم قسم في أهل ذلك البيت فأجزل، فقال له أسيد شاكرًا له: جزاكَ اللهُ -أيْ رسولَ الله!- أطيبَ الجزاء -أو: خيرًا؛ يشك عاصم- قال : فقال له النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وأنتم معشرَ الأنصار! فجزاكم الله خيرًا- أو: أطيب الجزاء-، فإنكم – ما علمتُ- أَعِفَّةٌ صُبُرٌ

“Engkau meninggalkan kami wahai Usaid, sampai habis apa-apa yang ada pada kami, jika engkau mendengar makanan mendatangiku, maka datangilah aku dan ingatkan padaku tentang keluarga itu atau ingatkan padaku hal itu.”

Maka setelah beberapa saat, datang kepada Rasulullah shollallahu alaihi wa sallam makanan dari khaibar berupa gandum dan kurma, maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam membaginya kepada manusia. Ia berkata: kemudian beliau membaginya kepada kaum Anshar lalu makanan itupun menjadi banyak, lalu ia berkata: kemudian beliau membaginya kepada keluarga tersebut lalu makanan itupun menjadi banyak. Lalu Usaid pun mengucapkan rasa syukurnya kepada Nabi: “Jazakallahu athyabal jaza’ –atau khairan– Ashim (perawi hadits, pent) ragu-ragu dalam lafadznya, lalu ia berkata : Nabi shallallahu alaihi wa sallam kemudian membalasnya : “wa antum ma’syaral Anshar, fa jazakumullahu khaira –atau athyabal jaza’– (dan Kalian wahai sekalian kaum Anshar, semoga Allah membalas kalian dengan kebaikan –atau sebaik-baik balasan), sesungguhnya setahuku kalian adalah orang-orang yang sangat menjaga kehormatan lagi penyabar…” [HR. an-Nasa’i no. 8345, Dishahihkan syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah no. 3096]

Begitu juga praktek para sahabat
Dari Abu Murrah, maula Ummu Hani’ putri Abu Thalib:

:أنه ركِبَ مع أبي هُريرة إلى أرضِه بالعقيق، فإذا دَخَلَ أرْضَهُ صَاح بأعلى صوتِه : عليكِ السَّلامُ ورحمةُ اللهِ وبركاتُه يا أُمتاه! تقول

وعليكَ السَّلامُ ورحمةُ اللهِ وبركاتُه، يقول: رحمكِ اللهُ؛ ربَّيْتِني صغيرًا

فتقول: يا بُنيّ! وأنتَ فجزاكَ اللهُ خيرًا، ورضي عنك؛ كما بَرَرْتَني كبيرًا

Bahwasanya ia berkendara bersama Abu Hurairah ke kampung halamannya di ‘Aqiiq. Ketika ia sampai di rumahnya ia berkata dengan mengeraskan suaranya: “Alaikissalam warahmatullahi wabarakatuh wahai ibuku.”

Lalu ibunya berkata : ”wa’alaikassalam warahmatullahi wabarakatuh.”

Ia berkata (bersyukur kepada ibunya, pent) : “Rahimakillah (semoga Alloh merahmatimu wahai ibu), engkau telah merawatku ketika aku masih kecil.”

Maka ibunya berkata : “Wahai anakku wa anta fajazakallahu khairan, semoga Allah meridhaimu sebagaimana engkau berbuat baik kepadaku saat engkau sudah besar.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also

Jokam Sejati Tidak Akan Bisa Menipu Diri Sendiri

Untuk apa Allah menurunkan agama, syariah bagi manusia? Menurut Imam Syatibi syariah bertu…