musnad ldii
Home Bantahan Ilmiyyah Apa itu Musnad?
Bantahan Ilmiyyah - Sejarah - 24 Januari, 2019

Apa itu Musnad?

Baca juga Apa itu Manqul?

PENJELASAN SANAD DAN SEJARAH HADITS

Sanad adalah sebuah istilah yang nggak asing lagi di jamaah ini. Tapi tunggu dulu, jangan anda pikir sanad ini hanya ada di dalam jamaah saja, yaa.. Sanad itu merupakan istilah yang sudah ada sejak zaman ulama’ terdahulu. Jadi jangan kaget kalo Ulama-ulama diluar sana lebih paham apa itu sanad dibanding kita.. 😎😎

Bedanya Sanad, Isnad, dan Musnad itu Apaan, sih??

Sanad/Isnad/Musnad ketiganya sama saja, karena berasal dari kata yang sama yaitu “sanada” atau “asnada”. Kalo sanad itu adalah isim masdar dari “sanada” sedangkan isnad adalah isim masdar dari “asnada”. Adapun musnad adalah isim maf’ul dari “asnada”. Meskipun demikian, ketiganya memiliki makna yang sama yaitu [sandaran/tempat bersandar]. 😊😊

Trus, Sebenernya Sanad itu Apaan?

Jadi gini, sanad itu adalah silsilah nama-nama orang yang memberitakan hadits dari Nabi hingga penyampai atau periwayat hadits. 

Contoh : Imam Bukhori meriwayatkan hadits yang berbunyi : “yassiruu wala tu’assiruu, wabasysyiruu wala tunaffiruu.” Nah Imam Bukhori ini bisa menuliskan hadits ini dalam kitabnya karena beliau mendengar dari :

👳‍♂ muhammad bin baysar, dan muhammad bin basyar mendengar dari :

👳‍♂ yahya bin sa’id, dan yahya bin sa’id mendengar dari : 

👳‍♂ syu’bah, dan syu’bah mendengar dari : 

👳‍♂ abu at-tayyaah, dan abu at-tayyaah mendengar dari :

👳‍♂ anas bin malik, sedangkan anas mendengar hadits ini dari Nabi shallallaahu alaihi wasallam.

Nah, Imam Bukhori disebut periwayat hadits atau rowi sedangkan nama-nama silsilah dari mana ia denger hadits itu disebut dengan sanad.

Kok Harus Disebut Sanadnya?? Emank Fungsi sanad apaan, sih? 🤔🤔🤔

Begini, jadi sebenernya sanad itu belum ada di zaman nabi, Lho kok bisa? Ya iya lah… buat apa mereka sebutin sanad?? Lha wong nabinya masih hidup kok.. kan lucu kalo disebutin sanadnya wkwk.. 😅😅

Nih, saya ceritain sedikit sejarah hadits dan penggunaan sanad supaya paham apa fungsi sanad.. oke?? ☺

Pada mulanya, hadits itu masih disampaikan dari mulut ke mulut atau dalam istilah keren-nya disebut musyafahah. Sangat jarang para sahabat yang mendokumentasikan hadits yang dihafalnya kedalam buku, karena minimnya media tulis menulis saat itu. Meskipun demikian, ada beberapa diantara para sahabat yang mendokumentasikan hadits dalam lembaran-lembaran, pelepah-pelepah kurma, kulit-kulit hewan dsb agar tidak hilang ditelan zaman. Nah, seiring menyebarnya Islam ke penjuru dunia menjadikan penyebaran hadits yang disebarkan dari mulut ke mulut saat itu mulai menyebar luas kemana-mana.

Tak lama setelah terbunuhnya Utsman bin Affan banyak para pendusta yang membuat hadits-hadits palsu. Akhirnya semakin banyaklah menyebar hadits-hadits palsu dikalangan umat Islam saat itu. Nah, untuk memudahkan penyeleksian hadits yang diterima maka para ahli hadits mulai memperhatikan dan mewajibkan penyebutan sanad mulai dari mana ia dapatkan hadits itu sampai kepada Nabi. Apabila sanad yang disebutkan terdapat kejanggalan maka seketika hadits itu langsung ditolak. 😱😱

Jadi sebenarnya fungsi sanad adalah SEBAGAI PERTANGGUNG JAWABAN ILMIAH keotentikan suatu hadits. Maka saat itulah bnyak ulama’ yang mewajibkan penyebutan sanad saat meriwayatkan hadits. Salah satu bukti wajibnya penyebutan sanad dapat kita liat dari perkataan Ibnul Mubarok yang kita kenal Al Isnaadu minaddiin, laula bighoiri isnaad laqoola maa syaa’a maa syaa’a – Isnad itu bagian dari agama, seandainya tidak ada isnad maka niscaya orang akan berkata sekehendaknya”

Selain itu sanad juga berfungsi untuk membantah pendusta hadits. Ketika pendusta hadits menyebutkan sanad dan diketahui bahwa sanad yang disebutkannya terdapat kejanggalan maka para ahli hadits dengan mudah membantah kedustaan mereka. 😱😱 Nah lohh,, jadi yang bersanad itu belum tentu bisa dipertanggungjawabkan keotentikan riwayat haditsnya.. makanya yang namanya sanad itu harus muttashil sampe Nabi.

Ooo.. begitu, berarti kalo mau ilmiah harus nyebutin sanad hadits yang kita riwayatkan dari guru kita smpe Nabi donk?

Haha.. 😅😅 ya enggak lah.. bayangin aja.. seberapa panjang rentetan sanad kalo kita sebutin satu-satu? Toh, kalo jaman sekarang untuk pertanggungjawaban ilmiah keotentikan/kesahihan suatu hadits tidak harus pake nyebutin sanad lagi. Emanknya sampean sanggup nih nyebutin rentetan sanad sampean sampe nabi? Enggak kan? 😅😅 Nahh.. meskipun demikian, budaya menuliskan sanad masih dipake oleh para ulama’ hingga saat ini agar tidak hilang ditelan zaman hehe.. 😁😁

Trus gimana donk agar keilmiahan hadits yang kita sampaikan bisa dipertanggungjawabkan?

Hmm.. sebelum dijawab, saya lanjutin dulu yaa cerita sejarah hadits yang telah kita bahas tadi.. supaya nyambung, Oke?? ☺☺

Pada zaman keamiran Umar bin Abdul Aziz (abad ke-2 hijriah), mulailah dicetuskan penulisan hadits secara resmi oleh pemerintah. Sebenarnya penulisan hadits sudah ada sejak zaman nabi, hanya saja belum secara resmi. Nah, pada abad ke -2 hijriah inilah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan para ulama’ untuk mulai mengumpulkan hadits-hadits yang tersebar di kalangan umat Islam dan membukukannya.

Kurang lebih, ada 3 faktor yang mendorong ijtihad Umar bin Abdul Aziz untuk membukukan hadits :

  1. Khawatir lenyapnya hadits ditelan zaman
  2. Banyaknya muncul hadits palsu
  3. Banyak sahabat yang terpencar dan meninggal di peperangan (kalo para penghapal haditsnya banyak yang wafat, otomatis hadits bakalan hilang dan tidak sempat diriwayatkan)

Nah, supaya hadits itu tidak lenyap maka mulailah hadits di dokumentasikan dalam sebuah kitab. Namun sayang, banyak buku-buku hadits yang ditulis saat itu tidak diketahui keberadaannya sampe sekarang dan hilang ditelan zaman. Meskipun demikian, salah satu kitab hadist yang ditulis saat itu dan masih ada smpai saat ini adalah kitabnya Malik bin Anas yang berjudul “AL-MUWATTHO”

Sehubungan saat masa pembukuan para ulama’ ahli hadits belum memisahkan antara hadits shahih dan dhaif, maka pada abad ke-3 hijriah mulailah era penyeleksian/penyaringan hadits. Mulailah para ulama’ mengkritisi serta meneliti sanad-sanad dan redaksi-redaksi hadits kemudian menilai keotentikan hadits tersebut. Atas upaya inilah terlahir kitab-kitab yang kita kenal dengan nama “KUTUBU SITTAH”. 😎😎

Singkat cerita, dengan izin Allah, kutubusittah yang ditulis 1000 tahun yang lalu terjaga keotentikannya sampai saat ini. 👍👍👍 Hal ini tidak terlepas dari jasa-jasa para ulama’ dan kaum muslimin yang menyalin ulang naskah-naskah asli kutubusittah serta mencetak, menerbitkan, dan menyebarluaskannya ke penjuru dunia.

Dengan teknologi saat ini, penyalinan naskah (asli) kutubusittah tidak dilakukan secara manual lagi, melainkan dengan cara digital. Maka, PERTANGGUNGJAWABAN ILMIAH keotentikan suatu hadits TIDAK PERLU LAGI MENYEBUTKAN SANAD. Cukup sebutkan sumber dari kitab mana kita mengambil hadits. Bahkan, saat ini hadits-hadits di kutubusittah sudah terindeks dengan nomor-nomor urut hadits yang sudah disepakati secara internasional, sehingga memudahkan kita untnk mencantumkan sumber secara otentik.

Apakah yang ada dalam kutubusittah itu shahih semua?

Terdapat perselisihan diantara para ulama’ terhadap keotentikan/kesahihan hadits-hadits yang ditulis dalam kutubusittah. Salah seorang ulama’ peneliti hadits kontemporer yang kontroversial bernama Syekh Nasiruddin al Albani juga mengkaji ulang hadits-hadits yang terdapat dalam kutubusittah serta memberikan penilaian terhadap keotentikan hadits tersebut. Akhirnya beliaupun mulai menulis buku yang kita kenal dengan silsilah hadits as-shahihah (serial hadits-hadits shahih) dan silsilah hadits ad-dhaifah (serial hadits-hadits dhoif). Meskipun demikian, sebagian ulama’ banyak juga yang mengkritisi penilaian yang dilakukan oleh syekh al-Albani tersbut.

Baca juga Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani

Ooo, begitu ya? Saya baru tau.. hehe 😅😅

Nah, maka janganlah kolot dengan ilmu, terkadang orang yang kolot disebabkan ketidaktahuan terhadap sejarah perkembangan Islam, baik itu sejarah hadits, sejarah Quran, sejarah dakwah, sejarah keamiran dsb. akhirnya mau diberi tau ilmu apapun ya tetep ngeyel, akibatnya semua ilmu itu dibilang ro’yu haduhh.. sayangnya obat ngeyel belum ditemukan oleh dokter hingga saat ini.. hehee…. 🤭🤭😁😅

SEMOGA BERMANFAAT 😊😊😊😊

(Oleh Adam Abu Abdul Muta’ali, Nasehat Quran)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also

Jokam Sejati Tidak Akan Bisa Menipu Diri Sendiri

Untuk apa Allah menurunkan agama, syariah bagi manusia? Menurut Imam Syatibi syariah bertu…