Aqidah Sesat itu Bernama Surat Taubat (ST)
Dalam ajaran Kristen dikenal pertaubatan, jika umatnya punya dosa cukup membayar sejumlah uang yg diberikan pada pendetanya, maka selesailah urusannya.
Anehnya ajaran tersebut ditiru, diadopsi oleh sebagian kelompok Islam yang getol mengklaim dirinya sebagai pebawa kemurnian Islam di Indonesia, yang berpedoman QHJ.
Namun alih alih memurnikan ajaran Islam, justru ajarannya banyak yang menyimpang, diantaranya surat tobat.
Jika ada jamaah dalam kelompok tersebut punya dosa maka dia akan menulis pengakuan dosa yang dilakukan dan diserahkan kepada imamnya, setelah imamnya membaca surat yang ditulis jamaahnya, mka ia akan memberikan kafaroh yang bisa berupa uang atau kerja fisik.
Dimana sesatnya?
Sesatnya adalah justru jamaahnya diperintahkan untuk membuka, memberitahukan dosa yang dilakukan yang seharusnya disembunyikan, sehingga orang lain/imamnya tau dosa yang dilakukan, padahal ini dilarang Nabi
عَلْقَمَةَ وَالْأَسْوَدِ قَالَا قَالَ عَبْدُ اللَّهِ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّي عَالَجْتُ امْرَأَةً مِنْ أَقْصَى الْمَدِينَةِ فَأَصَبْتُ مِنْهَا مَا دُونَ أَنْ أَمَسَّهَا فَأَنَا هَذَا فَأَقِمْ عَلَيَّ مَا شِئْتَ فَقَالَ عُمَرُ قَدْ سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْكَ لَوْ سَتَرْتَ عَلَى نَفْسِكَ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا
dari Alqamah dan Al Aswad keduanya berkata, ” Abdullah berkata,
“Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Aku telah mencumbui seorang wanita dari pinggiran kota, aku telah melakukan semuanya kecuali persetubuhan. Dan sekarang aku ada dihadapanmu, maka hukumlah aku sekehendakmu.” Umar menimpali, “Allah telah menutupimu sekirannya kamu menutupi dirimu sendiri.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memberi komentar apapun juga. HR. Abu Dawud
أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ وَإِنَّ مِنْ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ يَا فُلَانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ
Abu Hurairah berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap umatku dimaafkan (dosanya) kecuali orang-orang menampak-nampakkannya dan sesungguhnya diantara menampak-nampakkan (dosa) adalah seorang hamba yang melakukan amalan di waktu malam sementara Allah telah menutupinya kemudian di waktu pagi dia berkata: ‘Wahai fulan semalam aku telah melakukan ini dan itu, ‘ padahal pada malam harinya (dosanya) telah ditutupi oleh Rabbnya. Ia pun bermalam dalam keadaan (dosanya) telah ditutupi oleh Rabbnya dan di pagi harinya ia menyingkap apa yang telah ditutupi oleh Allah’.” HR. Bukhari
َنْ عَلْقَمَةَ وَالْأَسْوَدِ قَالَا قَالَ عَبْدُ اللَّهِ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّي عَالَجْتُ امْرَأَةً مِنْ أَقْصَى الْمَدِينَةِ فَأَصَبْتُ مِنْهَا مَا دُونَ أَنْ أَمَسَّهَا فَأَنَا هَذَا فَأَقِمْ عَلَيَّ مَا شِئْتَ فَقَالَ عُمَرُ قَدْ سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْكَ لَوْ سَتَرْتَ عَلَى نَفْسِكَ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا
Ibrahim dari Alqamah dan Al Aswad keduanya berkata, ” Abdullah berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Aku telah mencumbui seorang wanita dari pinggiran kota, aku telah melakukan semuanya kecuali persetubuhan. Dan sekarang aku ada dihadapanmu, maka hukumlah aku sekehendakmu.” Umar menimpali, “Allah telah menutupimu sekirannya kamu menutupi dirimu sendiri.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memberi komentar apapun juga. HR. Abu Dawud
Maka takutlah pada Allah para pengurus, para mubaligh, para penasehat dalam jamaah jokam, jangan sampai kalian mendapatkan dosa jariyah dari rukyah kalian karena mengajarkan kesesatan. Ingatlah dalil,
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَنَّ سُنَّةَ خَيْرٍ فَاتُّبِعَ عَلَيْهَا فَلَهُ أَجْرُهُ وَمِثْلُ أُجُورِ مَنْ اتَّبَعَهُ غَيْرَ مَنْقُوصٍ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ سَنَّ سُنَّةَ شَرٍّ فَاتُّبِعَ عَلَيْهَا كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِ مَنْ اتَّبَعَهُ غَيْرَ مَنْقُوصٍ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa mensunnahkan sunnah kebaikan, lalu dia diikuti atasnya, maka dia mendapatkan pahalanya dan seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun, dan barangsiapa mensunnahkan sunnah KEJELEKAN, lalu dia diikuti atasnya, maka dia mendapatkan dosanya dan dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun. HR. Tirmidzi
Berapa banyak rukyahmu yang mengikuti nasehatmu, yang kau kira merupakan amal sholih, jariyah kebaikan, ternyata justru jariyah kejekan dan kesesatan. Jangan sampai kau muflis, bangkrut di hadapan Allah saudaraku. Pakailah nuranimu, kaji kembali haditsmu adakah landasannya surat tobat selain ijtihad imam?
Kalian faham dan mengerti karena setiap saat diingatkan, bahwa ijtihad yang tidak sesuai dengan QH wajib kau tinggalkan. Jangan takut mengatakan kebenaran saudaraku
عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ خَطِيبًا فَكَانَ فِيمَا قَالَ أَلَا لَا يَمْنَعَنَّ رَجُلًا هَيْبَةُ النَّاسِ أَنْ يَقُولَ بِحَقٍّ إِذَا عَلِمَهُ
قَالَ فَبَكَى أَبُو سَعِيدٍ وَقَالَ قَدْ وَاللَّهِ رَأَيْنَا أَشْيَاءَ فَهِبْنَا
Dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri menyampaikan khutbah, dan di antara isi khutbah beliau adalah:
“Ketahuilah, jangan sekali-kali seseorang terhalangi untuk menyampaikan kebenaran yang ia lihat karena takut kepada orang.” Abu Nadlrah berkata, “Lalu Abu Sa’id menangis dan berkata, “Sungguh, demi Allah, kami telah melihat kemungkaran tersebut, namun kami takut.”(Ibnu Majah)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَمْنَعَنَّ أَحَدَكُمْ هَيْبَةُ النَّاسِ أَنْ يَقُولَ فِي حَقٍّ إِذَا رَآهُ أَوْ شَهِدَهُ أَوْ سَمِعَهُ
قَالَ وَقَالَ أَبُو سَعِيدٍ وَدِدْتُ أَنِّي لَمْ أَسْمَعْهُ
Dari Abu Sa’id berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Janganlah salah seorang dari kalian terhalang oleh kebesaran manusia ketika hendak mengatakan kebenaran yang ia lihat, atau ia saksikan atau ia dengar, “ Abu Nadhrah berkata; Abu Sa’id berkata; “aku lebih senang seandainya aku tidak mendengarnya.” (Ahmad)
Jokam Sejati Tidak Akan Bisa Menipu Diri Sendiri
Untuk apa Allah menurunkan agama, syariah bagi manusia? Menurut Imam Syatibi syariah bertu…
Kalau Jamaah LDII benar, kenapa tidak menyampaikan kebenaran dengan terbuka? Bukannya tujuannya ingin menyelamatkan orang dari siksa neraka? Kenapa sembunyi-sembunyi atau diam-diam yang kadang-kadang justru malah mengakibatkan batal/tidak jadi menyampaikan kebenaran. Di Jamaah LDII ada istilah dayus. Mau kalian berbuat dayus? Hayo yang sekarang masih berada di Jamaah LDII, kalian sadar tidak kalau kalian sedang dayus? Mau berdalih “nanti akan ada waktunya”, lho mau menunggu sampai kapan? Terkadang waktu yang ditunggu (timing yang tepat) juga tak kunjung datang kan.
Saya mubaligh di LDII. Lulus Kertosono tahun 2004. Tapi saya tahu, sebagian ajaran prinsipil di Jamaah LDII ini menyimpang. Dan sayangnya, banyak orang di Pusat yang tidak objektif dan ilmiah. Jadi saat dikoreksi secara ilmiah dengan metodologi yang akuntabel, mereka menolak. Dugaan saya, kalau terbongkar penyimpangan-penyimpangan yang selama ini ada, bisa geger Jamaah LDII, dan bubar entitas ini. Kalau bubar, ada keluarga atau kelompok yang dirugikan secara sosiologis dan finansial.
Tapi bukan itu yang utama. Yang utama adalah hidup kita hanya sekali, jangan sampai salah memilih akidah karena mengikuti doktrin dengan tanpa meneliti validitas dan keabsahan dalilnya.
Allohu’alam.